Minggu, 17 November 2013

Hitung Bulan Perkembangan Emosional

Perkembangan emosional berlangsung secara luar biasa pada 4 tahun pertama kehidupan. 4 tahap awal bahkan hanya berlangsung selama 18 bulan. Berikut akan dibahas 6 tahap perkembangan emosional yang ditemukan oleh Stanley I. Greenspan, M.D.

Tahap pertama (0-3 bulan), bayi belajar untuk menggunakan indera-inderanya, menyesuaikan diri dengan berbagai stimulus yang diterima dari lingkungan (suara, cahaya, sentuhan, bau, rasa) yang diterima dari indera-inderanya, dan kemudian sesudah bisa menyesuaikan diri dan meregulasikan diri, ia pun mulai merasa tertarik dengan dunia barunya, lingkungan sekitarnya. 

Tahap kedua (2-7 bulan), bayi 'jatuh cinta' kepada sosok pengasuh utamanya. Bayi mulai menyukai pengasuhnya, dan dia harus dapat respon timbal-balik yang serupa demi mempertahankan dan mengembangkan kemampuannya mencintai. Pengalaman mencintai dan dicintai melalui attachment dengan figur pengasuh yang diperoleh bayi pada masa ini akan menjadi batu pijakan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar sosialisasi. Pada tahap ini, tugas pengasuh adl membangun interaksi yg positif, memberikan pengasuhan yang sensitif dan responsif.

Tahap ketiga (3-10 bulan), bayi mengembangkan kemampuan komunikasi yang lebih didasari oleh intensinya sendiri, belajar mengambil inisiatif. Pada tahap ini, bayi belajar tentang sebab-akibat, bahwa dia bisa mempengaruhi orang di sekitarnya dengan usaha/tindakannya (tersenyum dalam rangka mengajak ibunya tersenyum, misalnya). Tugas pengasuhnya adalah merespon semaksimal mungkin sinyal-sinyal komunikasi yg disampaikan bayi. Kalau bayi mendapat respon, dia akan menjadi semakin percaya diri, bahwa dengan bertindak secara aktif, dirinya bisa mewujudkan keinginannya, bisa mempengaruhi orang lain, dan bisa meraih kebahagiaannya sendiri. 

Tahap keempat (9-18 bulan), bayi membentuk sense of self yang terorganisir. Dia mulai menyadari keberadaan dirinya, perasaan tentang diri sendiri mulai muncul. Dia mulai bisa mengorganisir emosi dan mengatur perilakunya, menunjukkan emosi dan niatnya secara lebih jelas dalam perilaku. Secara intelektual ia jadi semakin pintar, paham tentang lingkungan, dan semakin jelas melihat dirinya sendiri. 
Komunikasi masih dominan praverbal, namun dia semakin mampu melakukan interaksi kompleks dengan orang lain dalam rangka 'pemecahan masalah' (problem solving) yaitu berupaya agar orang lain menolong dia mencapai keinginannya. Pada masa ini, dia bisa menerima informasi dengan lebih baik, memahami pola-pola, kebiasaan-kebiasaan di lingkungan sekitarnya, sehingga dia bisa memperkirakan, membuat prediksi, dan ini semua membuat dia mengembangkan perasaan mampu (sense of mastery). Pemahamannya terhadap emosi orang lain juga lebih tajam, dia bisa membedakan emosi-emosi orang lain secara intuitif, persetujuan atau ketidaksetujuan, penerimaan atau penolakan. 

Tahap kelima (18-36 bulan), bayi mampu membentuk gambar ide. Dia bisa membentuk gambar imajinasi objek-objek dalam kepalanya, membedakan antara pikiran dengan tindakan. Pada masa ini dia belajar tentang fungsi kata-kata, yaitu bahwa kata-kata merepresentasikan sesuatu, baik objek nyata (benda konkrit) maupun perasaan, bahwa kata-kata bisa digunakan untuk menyampaikan perasaan. Dia belajar bahwa menunjukkan perasaan kepada orang lain tidak hanya bisa dilakukan dengan tindakan (misal : melempar barang), tetapi juga bisa ditunjukkan dengan berbicara "Aku marah." Kemampuannya membedakan emosi masih kasar, masih terkutub-kutub ekstrim, sayang-benci, senang-marah.

Tahap keenam (30-48 bulan), bayi mampu membentuk hubungan antara ide-ide. Bayi mulai mampu berpikir logis, menghubungkan satu hal dengan hal lain dalam hubungan sebab-akibat. Kemampuannya membedakan emosi juga menjadi semakin tajam, misalnya bisa membedakan antara sedikit kecewa dengan sangat marah. Dia juga bisa membedakan antara fantasi dengan realita, mana yang merupakan imajinasinya saja dan mana yang sungguh-sungguh realita. 



Dalam perkembangan emosional, yang menjadi kunci kesuksesan perkembangan adalah interaksi emosional bayi dengan pengasuhnya. Bayi belajar melalui tiap interaksi yang terjadi dengan pengasuhnya. Respon yang ditunjukkan pengasuh membuat bayi belajar berbagai hal tentang perasaan-perasaannya dan perilakunya sendiri.
Jika kita melihat lebih seksama keempat tahap di atas, menjadi jelas bahwa ketika bayi tidak mendapat stimulasi yang sesuai dengan kebutuhannya pada 18 bulan pertama kehidupannya itu, akan terjadi hambatan perkembangan, perkembangan emosionalnya menjadi mundur dari waktu yang seharusnya. Tahap perkembangan itu tidak bisa diloncati, sehingga ketika satu tahap gagal distimulasi secara optimal, maka ia tidak mampu menuju ke tahap perkembangan selanjutnya. 

Berikut adalah contoh bagaimana terjadinya sesuatu yang 'salah' dalam perkembangan anak dideteksi berdasarkan tahap perkembangan emosionalnya:

Pada umur 15 bulan, seorang anak cenderung menunjukkan emosi negatif daripada emosi positif, ia lebih senang bermain sendiri dan kurang menunjukkan minat untuk berinteraksi dengan orang lain (kurang menunjukkan rasa bahagia ketika bersama orang lain). Apa yang menyebabkan bayi ini emosinya lebih terarah pada emosi negatif (suka marah, menolak, agresif) dan tidak ceria, adalah kurangnya pengalaman dekat secara emosional kepada pengasuhnya. Ketika anak ini kemudian akhirnya mampu ditarik dalam sebuah relasi (dengan cara orangtuanya menyediakan diri untuk menemaninya lebih sungguh-sungguh, memberikan perhatian secara konsisten), dia mengalami emosi-emosi yang muncul ketika dua orang menjadi akrab (intim), yaitu perasaan gembira, bahagia, bersemangat, dan rasa ingin tahu, dan demikian area emosinya pun berkembang, menjadi tidak hanya terbatas pada emosi negatif, melainkan lebih luas, yaitu menuju emosi-emosi positif tersebut.  

Pada umur 12-13 bulan, bayi semestinya sudah mulai menunjukkan sifat-sifat kepribadian dasarnya yang unik. Akan tetapi, beberapa bayi sangat patuh, dia selalu mengikuti kemauan orangtuanya; dan sebaliknya, sebagian bayi menyatakan dirinya dengan cara yang selalu melawan kehendak orangtuanya. Kedua jenis ini, yaitu sangat patuh, atau sangat negatif (sangat melawan), menunjukkan bahwa bayi tidak berkembang sebagaimana mestinya. Di sini, orangtua harus balik ke tahap perkembangan sebelumnya, yaitu menyediakan kehangatan dan cinta secara konsisten, dan memberikan dukungan terhadap inisiatif-inisiatif yang dimunculkan bayi. 

Keenam tahap perkembangan emosional yang dikemukakan Greenspan ini telah diterima dan dijadikan acuan oleh dunia psikiatri Amerika. Buku "First Feelings" ini menjadi sebuah pembuktian bahwa pengasuhan anak bukan sesuatu yang main-main, bahwa menyediakan kebutuhan emosional anak adalah sesuatu yang mutlak jika kita menginginkan sebuah perkembangan yang optimal. Hanya dua pilihan kita : menyediakan kebutuhan emosional anak, atau meremehkannya dan dengan demikian membuka tangan terhadap RISIKO kecacatan emosional anak-anak kita.