Rabu, 17 September 2014

PR untuk Ibu

Setiap tahap perkembangan membutuhkan stimulasi dan bentuk dukungan khusus. Berikut akan dibahas apa saja dukungan yang perlu diberikan untuk mendukung tiap tahap perkembangan emosi anak berdasarkan teori Stanley I. Greenspan, M.D. (Cukup panjang dan membosankan untuk dibaca ya... hehe.. tapi inilah PR kita. Semangat!)

 0-3 bulan

Membantu bayi :

1.   Bereaksi terhadap stimulus-stimulus sensorik
Yaitu dengan memberikan beraneka stimulus :
Stimulus suara : mengajak bicara, membunyikan mainan-mainan yg berbunyi.
Stimulus visual : memberikan mainan berwarna-warni, menunjukkan ekspresi wajah
Stimulus sentuhan : memberikan boneka berbulu halus
Stimulus gerak di udara : mengayun-ayun bayi

2.   Mengatasi over-excitability (untuk bayi yang terlalu sensitif)
Dilakukan dengan secara bertahap memberikan stimulus yang membuat bayi merasa kurang nyaman, dimulai dari intensitas yang bayi merasa nyaman dengannya, kemudian ditingkatkan perlahan-lahan sampai pada intensitas yang bayi merasa tidak nyaman. Latih bayi untuk tetap tenang dan ‘tidak kacau’ menghadapi stimulus-stimulus tersebut. Contoh : memberikan musik yang sangat lembut, kemudian diperkeras suaranya, atau diganti jenisnya ke musik-musik yang beritme cepat.

3.   Mengatasi under-arousal (untuk bayi yang hiposensitif)
Menyajikan stimulus-stimulus yang menarik bagi bayi, yang bisa menarik perhatian bayi, contoh : berbicara dengan suara yang lebih bersemangat, memberikan mainan yang berwarna mencolok.

4.   Menggunakan indera yang lemah
Dilakukan dengan memberikan stimulus yang bayi mempunyai penerimaan lemah terhadap stimulus tersebut bersamaan dengan stimulus yang bayi mempunyai penerimaan baik terhadapnya. Contoh : bayi yang lemah dalam penggunaan indera telinga, distimulasi dengan memberikan stimulus suara bersamaan dengan stimulus visual (yang lebih disukainya), sehingga sambil berbicara kita menunjukkan benda-benda atau gambar.

2-7 bulan

Membantu bayi :
1.   Membentuk relasi dengan Anda
Yaitu dengan cara :
  • Menunjukkan sikap hangat dan menarik. Berikan bahasa-bahasa kasih, senyuman, pelukan, ciuman.
  • Membuat bayi merasa nyaman saat mengalami kehadiran Anda.
2.   Bereaksi terhadap sapaan Anda
  • Menyapa bayi dengan stimulus-stimulus yang membuatnya merasa nyaman (sesuaikan dengan sifatnya yang hipersensitif atau hiposensitif). Tepat sebelum bayi merasa bosan, segera ganti aktivitas ‘menyapa’ ini. Jangan terlalu lama menstimulasi bayi. Bayi butuh saat-saat relaks, dan dia menikmati kebersamaan dengan Anda dalam saat-saat relaks ini juga, jadi cukup Anda hadir di sana menemani dia. Dia butuh saat-saat santai namun dengan rasa aman bahwa Anda ada di dekatnya. “Simply relaxing together.”
Jika bayi menunjukkan rasa marah terhadap stimulasi, tetaplah tenang dan jangan menyalahkan diri sendiri. Berusahalah untuk menyapa dia dengan bahasa-bahasa kasih sambil mencari-cari jenis stimulasi yang disukainya.

3-10 bulan

Membantu bayi :
1.   Berinteraksi timbal balik
Hal yang bisa dilakukan :
  • Tarik perhatian bayi
  • Cari gerakan apa yang bisa dilakukan bayi Anda dan lakukan itu agar ia bisa mengikuti/mencontoh Anda (misal : tersenyum, memegang pipi).

2.   Mengalami emosi-emosi
Cobalah merespon ekspresi emosi bayi secara simpatik.
Berikut ini adalah jenis-jenis emosi yang cenderung ditunjukkan bayi :
  • Rasa ingin tahu
  • Rasa tergantung (keinginan manja)
  • Rasa sayang
  • Rasa marah
Berikan kesempatan kepada bayi untuk mengekspresikan emosi-emosi itu dan berhati-hatilah untuk tidak menunjukkan penolakan ekstrim terhadap salah satu jenis emosi tertentu supaya tidak menghambat perkembangan area emosinya. (Orangtua yang membentak anak saat anak menunjukkan rasa marah, akan membuat anak menganggap bahwa marah adalah emosi yang tidak baik yang harus dilenyapkan/ditekan sesegera mungkin).

3.   Melakukan aktivitas yang melibatkan beberapa fungsi indra.
Contoh : main cilukba (melibatkan mata, telinga, gerak).


9-18 bulan

Membantu bayi :
1.   Mengorganisir emosi dan perilakunya
Dengan cara :
  • Mengajak beraktivitas sesuai moodnya.
  • Merespon perilakunya yang memberikan sinyal-sinyal emosi untuk kita (perilaku yang mengekspresikan emosinya).

2.   Menjadi tetap terkendali saat mengalami emosi-emosi.
Dengan cara :
  • Membacakan emosi bayi. Contoh “Kamu marah ya…”
  • Mengajarkan cara ekspresi emosi yang lebih tepat. Contoh : “Ayo, jangan menangis, coba tunjukkan mana yang kamu mau.”
  • Saat bayi menjadi kacau, ajak ia berpaling ke aktivitas yang membuat dia merasa senang dan tenang lagi, sambil memberikan sikap hangat dan menenangkan (yang membuat dia merasa aman).

3.   Memahami fungsi benda-benda
Tunjukkan berbagai benda dan fungsinya, cara memakai/menggunakannya.

4.   Merasa tetap dekat dengan Anda walaupun berpisah jarak dengan Anda
Cobalah untuk pergi dari sisinya (misal : pergi ke ruang sebelah atau pergi beberapa meter darinya). Saat itu, pastikan Anda tetap berkomunikasi lewat tatapan mata, suara.
Tetap berikan waktu yang banyak untuk saling peluk. Ia butuh menyeimbangkan antara kebutuhannya akan kemandirian dan ketergantungan.

5.   Menghormati batasan/peraturan
Berikan beberapa peraturan, misal : larang dia untuk menuang air di lantai, makan di dalam kamar tidur, membuka roll tissue WC. Jangan langsung menjauhkan anak dari benda yang tidak boleh dipegang/dimainkannya, tapi katakan dulu “Kamu tidak boleh …”

Beri alternatif kepada anak untuk menyalurkan protesnya “Kamu tidak boleh memukul mama, tapi kamu bisa memukul bantal.”

6.   Mengembangkan kepribadian yang unik
  • Sering menghabiskan waktu bersama anak agar dia merasa berharga.
  • Mendukung dan mengagumi inisiatif anak.

Karena masa ini adalah tahap di mana anak mengembangkan sense of self-nya, maka hargai kemampuan-kemampuan barunya dan ikuti inisiatif anak.


18-36 bulan

Membantu anak :
1.   Mengkonstruksi ide
  • Bermain bersama anak, menunjukkan sikap antusias terhadap aktivitas yang sedang digemari anak.
  • Gunakan aktivitas yang sedang digemari anak untuk mengenalkan permainan pura-pura.
  • Bantu anak mengenal fungsi berbagai objek serta peran orang-orang.
  • Berikan kesempatan kepada anak untuk berfantasi, namun kemudian tegaskan tentang realita.

2.   Bersikap positif terhadap berbagai jenis emosi
  • Bermain pura-pura dengan melibatkan topik-topik emosi : kemarahan, kesedihan, kecemasan.
  • Membaca ekspresi emosi anak lewat perilakunya.
  • Mendiskusikan perasaan-perasaan anak dengan empati (penuh pemahaman).

3.   Menggunakan ide emosional ketika mengalami stress
Dilakukan dengan cara :
Terbiasa mengungkapkan perasaan lewat kata-kata, berbicara asertif. Saat memarahi anak, menjelaskan lewat kata-kata yang menggambarkan perasaan, tidak hanya langsung menghukum. Contoh : “Mama marah ketika kamu lempar dengan mainanmu”.

4.   Mengembangkan keunikan
  • Memberi ruang kepada sifat-sifat uniknya.
  • Memberi pujian secara personal tentang kelebihan uniknya. Contoh : “Mama suka rumah yang kamu buat.”  “Mama suka pilihan warnamu.”

5.   Menggunakan kata-kata untuk mendeskripsikan
Dukung anak untuk menguasai perbendaharaan kata yang banyak dengan rajin mengenalkan benda-benda.


30-48 bulan

Membantu anak :

1.   Memahami hubungan sebab-akibat
Dengan cara :
  • Membalas komunikasi anak, dan mengarahkan pembicaraan pada hal-hal yang logis.
  • Memberi kesempatan kepada anak untuk berinteraksi, bermain bersama teman-temannya.
  • Menemani anak bermain pura-pura, dengan mengikuti arahan cerita anak maupun menambah topik-topik cerita.

2.   Menggunakan ide-ide dalam cakupan wilayah emosi yang luas.
Perhatikan emosi-emosi apa yang membuat anak merasa tidak nyaman, misalnya :
  • Rasa kehilangan, perpisahan
  • Rasa marah dan keinginan agresif (menyerang, membalas orang lain)
  • Rasa ingin tahu tentang tubuh
  • Rasa tergantung pada orang lain, cinta dan intimacy.
  • Keinginan untuk mandiri
Bantu anak untuk menerima emosi-emosi itu dengan cara :
  • Mengajak bicara tentang perasaan-perasaannya berkaitan dengan peristiwa-peristiwa.
  • Menjaga kondisi tetap terkendali dengan bereaksi tenang saat anak sedang kacau.

3.  Menggunakan fantasi namun tetap memahami realita, bisa membedakan fantasi dengan realita
Menerima dengan antusias fantasi yang diceritakan anak, namun di akhir, tetap menegaskan realita.

4.   Berelasi dalam lingkaran relasi 3 orang
Bantu anak membangun relasi seimbang dengan ayah dan ibunya. Dukung ia untuk dekat pada ibu maupun ayahnya.
Kadangkala, Anda boleh berada di pihak anak, bersekutu dengan anak, tapi biarkan anak tahu bahwa Anda tetap mencintai pasangan Anda. Izinkan juga anak bersekutu dengan pasangan Anda untuk ‘melawan’ Anda, tapi Anda segera menyambut anak kembali ketika ia ingin bersama Anda lagi. Anak perlu merasa aman karena mengetahui perseteruan, pertengkaran adalah hal yang wajar terjadi dan bersifat sementara saja, namun relasi cinta itu takkan pernah goyah. Anak perlu juga mengetahui bahwa ia tak akan bisa menggoyahkan hubungan cinta antara ayah-ibunya. Kestabilan relasi suami-istri adalah hal yang penting untuk memupuk rasa aman anak.

5.   Mencapai stabilitas emosi
  • Mengatasi perasaan kehilangan dan perpisahan
Bantu anak menjadi lebih mandiri dengan mengajak anak berinteraksi dan bersahabat dengan temannya.
Saat anak tidak mau berpisah, bantu ia untuk tenang, kemudian ajak bicara tentang perasaannya, kekhawatirannya. Ajak ia berpikir bahwa fantasi menakutkan yang dipikirkannya itu bukan realita.

  • Mengatasi perasaan marah dan agresif
Saat anak marah, tunjukkan empati lewat kata-kata, tapi tetap berikan batasan yang tegas terhadap perilakunya.
Jangan biarkan kemarahan anak membuat Anda kacau atau takut. Bantu anak untuk kembali tenang dan segera berdamai, menyambut anak saat ia selesai marah.

  • Mengelola perasaan ingin tahu tentang tubuh
Beri kesempatan kepada anak untuk menyalurkan rasa ingin tahunya, tapi jangan biarkan ia melebihi batas-batas privasi Anda dan orang-orang. Ajarkan ia untuk menghormati privasi orang lain.