Alasan utama mengapa kita pantas mempertahankan agar
pengasuhan anak tetap di tangan kita adalah karena masa kecil anak merupakan
masa pembentukan konsep dirinya. Menyerahkan pengasuhan anak ke tangan orang
lain, berarti kita mempertaruhkan konsep diri anak tersebut.
Anak belajar menghargai dirinya sendiri dengan cara melihat
bagaimana orang lain memperlakukan dirinya. Kalau ia merasa diterima, dihargai,
menerima banyak ekspresi kasih sayang lewat pelukan, ciuman, senyuman, ia
merasa dirinya berharga. Sebaliknya, kalau ia terlalu sering dimarahi,
dikritik, diejek, dijelek-jelekkan, bahkan diperlakukan kasar, ia merasa bahwa
dirinya tidak berharga.
Konsep diri yang terbentuk selama bertahun-tahun masa kecil
anak, akan dibawanya ke masa remaja, hingga dewasa. Jika dalam diri anak telah
terbentuk sebuah konsep diri yang positif, ia akan merasa nyaman dengan dirinya
sendiri, bahagia menjadi dirinya sendiri, dan hal ini akan menuntunnya mengembangkan
kepribadian yang menyenangkan, yaitu ceria, mampu bersikap hangat terhadap
orang lain, mudah merasa bahagia, tidak mudah tersinggung, tidak mudah putus
asa, dan masih banyak lagi. Sebaliknya, konsep diri negatif adalah sumber dari
segala masalah. Orang yang mempunyai konsep diri negatif, tidak mempunyai rasa
percaya pada dirinya sendiri, jauh di dalam hatinya ia tidak merasa berharga,
sehingga mudah sekali tersinggung atas kata-kata orang lain. Ia juga cenderung
bersikap negatif kepada orang lain, berprasangka buruk, memusuhi orang lain. Pembawaannya
dari luar, bisa tampak sebagai seseorang yang pemalu, atau sebaliknya, suka
sekali mencari perhatian orang lain dan agresif terhadap orang lain.
Seseorang yang mempunyai konsep diri positif, tidak selalu
nampak sebagai orang yang percaya diri untuk tampil di depan orang banyak,
berbicara di depan umum, seperti yang orang lain sering pahami sebagai arti
sebuah kepercayaan diri. Kepercayaan dirinya adalah keyakinannya bahwa dirinya
baik dengan segala kelebihan dan kekurangannya, dan tetap berharga tanpa peduli
bagaimana sikap orang lain. Kepercayaan diri dari dalam ini akan membuat
seseorang berpembawaan tenang dan stabil.
Ketika seorang anak diasuh oleh ibunya sendiri, pada umumnya
anak akan sering dipeluk, dicium, diajak tersenyum, diajak bicara, meski juga
tak disangkal, ada saat di mana sang ibu marah kepadanya. Kasih ibu yang
teramat dalam kepada anaknya, secara tidak sadar akan mengalir lewat kata-kata
dan tiap tindakannya terhadap anak, yang akan membuat anak merasa berharga.
Akan tetapi, bagaimana jika sehari-hari anak lebih banyak bersama orang lain,
pembantu, atau babysitter misalnya?
Apakah pembantu akan berperilaku persis sama seperti ibu, suka mencium,
mengajak tersenyum, berbicara dengan lembut? Saya rasa tidak. Saya sendiri,
ketika berjalan-jalan dengan anak saya di sekitar rumah, pernah melihat
bagaimana seorang pembantu berbicara kepada anak momongannya seperti ini, “Tuh,
si A itu cakep, kan, nggak kayak kamu, jelek.” Waduh, waduh… seandainya saya
adalah mama dari anak itu, saya tentu tidak akan rela anak saya dikata-katai
“jelek” seperti itu.
Jadi, satu hal yang sangat jelas menjadi sisi positif kita
sebagai ibu rumah tangga yang mengasuh anak kita dengan tangan kita sendiri
adalah kita punya kesempatan emas untuk membentuk konsep diri yang positif pada
diri anak kita, sebuah bekal yang akan dibawa anak kita selamanya untuk
mengarungi kehidupan ini dengan bahagia. Sayang sekali, sampai saat ini saya
belum mempunyai kesempatan untuk melakukan penelitian. Seandainya bisa
dilakukan penelitian, saya yakin sekali, bahwa perbedaan antara anak-anak yang
dibesarkan ibu seorang ibu rumah tangga dengan anak-anak yang dibesarkan ibu
seorang wanita karier terletak pada konsep diri anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar