Jumat, 13 Juli 2012

Krisis Identitas?

Salah satu yang disebut-sebut menjadi sumber stres ibu rumah tangga adalah krisis identitas yang dialami karena tidak lagi menyandang predikat, status, jabatan, atau pangkat seperti ketika masih berkarir di dunia kerja. Sebenarnya, hal ini tergantung bagaimana kita memandang peran ibu rumah tangga sendiri. Ibu rumah tangga bukanlah ibu yang tidak bekerja. Kita semua paham benar, bahwa di rumah, banyak sekali pekerjaan. Mengasuh anak, mulai dari menyuapi, memandikan, membantu anak buang air di toilet, menemani anak bermain, semuanya adalah pekerjaan. Pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan full-time, dan memang harus dipandang demikian. Kita yang sehari-hari mengerjakan peran ini, memahami bahwa hanya ada dua jalan, mengambil tugas ini sepenuhnya, atau melimpahkan tugas ini pada orang lain. Kita mengerti benar bahwa tak bisa tugas ini dirangkap untuk dilakukan bersama dengan tugas kantor. Jika kita memilih untuk bekerja di kantor, berarti tugas ini kita limpahkan kepada orang lain.
Tugas mengasuh anak adalah tugas paling mulia dan luhur yang bisa dikerjakan oleh wanita. Sesungguhnya, secara tidak sadar, ketika kita mengasuh anak, kita sedang memenuhkan identitas kita sebagai seorang wanita. Seorang wanita punya naluri alamiah untuk merawat, menyayangi anaknya. Oleh karena itu, sekarang, singkirkan rasa "kehilangan identitas" itu dari pikiran kita. Pikirkan saja, betapa ibu-ibu yang adalah wanita karier merasa iri ketika melihat kebersamaan kita yang hangat dengan anak kita, ketika kita bisa bercanda lepas dengan anak kita. Dan eits, jangan-jangan, mereka justru terkikis identitasnya sebagai ibu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar