Jumat, 10 Agustus 2012

Feel good about ourselves

Jengkel dengan image negatif ibu rumah tangga yang beredar di masyarakat kita? Mulai dari hobi ibu rumah tangga ngerumpi, suka mengenakan daster dan berpenampilan ngelomprot, hidup santai enak-enakan menikmati gaji suami tanpa bekerja keras, bodoh dan ketinggalan informasi, sampai cemoohan yang mengatakan bahwa wanita hanya jadi alat bagi pria, dalam bahasa Jawa terkenal istilah tugas wanita 3 M : manak (melahirkan), masak (memasak), macak (berdandan). Semua yang membuat panas telinga.
Kita kaum ibu rumah tangga, sering dipandang sebagai bagian kaum wanita yang gagal dalam perjuangan emansipasi. Tapi, tentu saja itu tidak benar. Kita, bukan menjalani ibu rumah tangga sebagai korban penindasan kaum laki-laki. Kita memilih peran ini, peran sebagai ibu rumah tangga fulltime tanpa paksaan. Kita, sengaja memilih peran ini atas naluri kita untuk merawat anak yang begitu kita cintai. Sama sekali bukan karena kita tak punya kesempatan untuk memilih.
Di zaman modern ini, bukankah bisa dikatakan, semua wanita tingkat pendidikannya sama persis dengan pria? Dengan demikian, kita mempunyai kesempatan berkarier sama persis dengan pria? Apakah ibu-ibu muda yang memilih menjadi ibu rumah tangga fulltime nilainya jelek terus selama sekolah, lulus pas-pas-an, atau mereka tak pernah diterima ketika melamar lowongan pekerjaan? Bukankah semua di antara kita, pernah merasakan dunia kerja, berkarier di sebuah lembaga, perusahaan, atau kantor? Jadi, kita sama sekali tidak bodoh.
Hidup enak bergantung pada gaji suami. Benarkah di rumah berarti kita enak-enakan saja layaknya sedang berlibur? Apakah kita tidur sepuasnya, atau dengan leluasa melakukan hobi kita? Sama sekali tidak. Meskipun di rumah, kita fokus untuk melayani anak kita, memenuhi kebutuhan mereka. Bergantung pada gaji suami, apakah itu keinginan kita? Sama sekali tidak. Kita terpaksa dalam beberapa waktu ke depan ini membiarkan diri kita bergantung pada suami. Seandainya bisa, tentu kita semua merasa lebih senang punya penghasilan sendiri. Bukankah itu juga menyangkut harga diri kita? Kita ingin bisa mandiri secara finansial, ingin mampu menafkahi ayah-ibu kandung kita, di samping juga ingin membeli barang-barang yang kita inginkan. Kita mempunyai keinginan untuk berkarier dan menunjukkan kepandaian kita, hanya saja untuk sementara ini, selagi anak kita sangat membutuhkan kehadiran kita, kita pendam dulu keinginan ini.
Berikutnya, soal penampilan yang kurang rapi. Bukankah aneh, kalau kita bermain bersama anak, menyuapi, memandikan, memasak, mengerjakan urusan rumah tangga dengan busana bepergian? Jadi, daster, atau babydoll adalah kostum kita di rumah, dan itupun, mungkin dengan sedikit noda akibat tumpahan susu anak kita, atau tak sengaja ditempeli tangan anak kita yang kotor sesudah makan kue coklat. Yah, inilah hidup kita. Kalau kita tak mau tangan dan baju kita terkena kotoran, tentu pilihan sebagai ibu rumah tangga fulltime sama sekali tidak tepat untuk kita. Oya, soal daster dan babydoll, kalau dipikir, bukankah semua wanita juga suka mengenakannya jika mereka dalam kondisi santai di rumah, termasuk juga para wanita karier?
Soal ngerumpi. Dari mana kita mendapat kesan itu? Saya yakin sebagian besar dari kita mendapat kesan itu karena melihat tetangga kita, waktu kita kecil dulu, ketika kita sedang bermain di rumah, kita melihat ibu-ibu bercakap-cakap dan memperbincangkan tetangganya yang lain. Zaman sekarang, apakah kita, ibu-ibu rumah tangga juga masih bisa sering bertemu dengan tetangga kita? Jadi, apakah kita juga ngerumpi? Tidak. Ibu-ibu lain, tetangga kita, mereka sudah pergi ke kantor pagi-pagi, dan pulang sore. Lagipula, banyaknya pekerjaan rumah tangga yang menanti, membuat kita takpunya banyak waktu untuk main ke rumah teman. Bercakap-cakap dengan teman, bukankah itu lebih banyak kita lakukan ketika kita masih di kantor dulu? Dengan kata lain, bukankah aktivitas ngerumpi, sebenarnya justru banyak terjadi di kantor ?
Yang terakhir, soal melahirkan, memasak, mengurus rumah tangga sebagai partner suami, bukankah itu tugas mulia? Semestinya itu tugas dan peran ibu ini tidak direndahkan, tidak dijadikan cemoohan untuk senjata mendorong wanita beremansipasi. Melahirkan dan merawat anak, adalah bagian takterpisahkan dari identitas kita sebagai wanita. Itu adalah bagian terbaik yang memang diciptakan Tuhan untuk wanita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar